Kemanakah Tujuan Akhir Hidup Kita? – Sebuah pertanyaan yang sebenarnya jawabannya ketebak banget. Tujuan akhir hidup kita jelaslah akhirat. Di akhirat ada pilihan, masuk neraka atau surgaNya? Untuk menjelaskan tujuan akhir hidup kita semuanya tergantung dari amalan kita selama di dunia. Betul doong kalimat di atas?
Nyaris sebulanan ini saya uring-uringan. Seperti anak abg yang sedang mencari jati diri, cih! Sebulanan ini juga hati saya semacam memberontak terhadap sesuatu yang tidak disukainya namun hati saya di sisi lain justru berseberangan dengannya.
Nyaris setiap hari selama sebulanan ini jatah tidur saya jauh lebih lama di malam hari. Istilah kekiniannya begadang, shay :D. Hanya untuk menerka-nerka sesuatu yang belum pasti kejadiannya. Anak Libra mah gitu, hatinya suka bimbang! Apalagi kalau udah masuk jadwal bulanan, hahahha. Tapi yang terjadi pada saya bukan jenis bimbang yang otw PMS.
Percaya tidak, ada hal-hal yang kamu anggap tidak baik justru itulah hal yang terbaik untukmu atau sebaliknya? Ada hal yang kamu tidak sukai, justru Tuhan mendekatkanmu pada hal yang tidak kamu sukai itu? Percaya? Saya percaya sekali dan sedang saya alami. Kalau kata ustads, itu namanya takdir baik dan takdir buruk.
Dalam agama yang saya anut -ISLAM- ada yang namanya takdir baik dan takdir buruk. Kedua hal itu wajib kita imani karena tertuang dalam rukun iman dan tentunya wajib di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya percaya, bahwa Tuhan akan memberi cobaan kepada umatNya untuk menguji kualitas iman hambaNya. Percaya!
Sometimes, hati saya menjerit seolah tidak terima dengan takdir buruk. Apalagi jika dihadapkan dengan sesuatu yang tidak saya sukai namun terpaksa harus saya sukai. Demi apa cooobaaa? Tapi di sisi lain sesuatu yang tidak saya sukai itu semacam lem tikus cap gadjah. Tempelannya mantap!
Sisi hati saya yang kayak malaikat sering kali menggagalkan misi “menggerutu” terhadap si takdir buruk itu. Berusaha (KERAAAAAAS) menerima apa yang sudah digariskan saat itu. Malaaaas gilaaa! Tapi saya wajib menjalaninya.
Menjalankan sesuatu yang tidak kita sukai ada kenikmatan tersendiri sebenarnya. Kita dituntut menjunjung tinggi profesionalisme sebuah pekerjaan, mengedepankan hak-hak orang lain dan mengabaikan jeritan hati. Hati lo maah bodo amat!
Bagi orang lain memakai topeng adalah kebiasaan. Untuk menutupi rasa tidak suka yang melebur menjadi rasa suka. Atau berpura-pura suka tetapi aslinya tidak suka. I dont know, topeng itu tidak berlaku di saya. Sekonyong-konyong mencoba bertopeng, ada celah menganga dibalik topeng tersebut. Memperlihatkan ketidaksukaan yang dipaksakan terhadap sesuatu dan membuat saya terlihat dungu.
Hasilnya? Sakit! Bukan hanya hati yang sakit, namun tekanannya berdampak pada sakit dalam arti yang sebenar-benarnya. Sayatan luka dari sebuah ketidaksukaan menjelma menjadi jurang yang siap menerkam kapan saja. Deretan penyakit menakutkan menantikan dampak dari rasa ketidaksukaan itu.
Keberadaan saya tepat di bibir jurang tersebut. Fisik saya seolah mengamini apa yang dialami hati kecil saya. Lukanya ia menyebabkan luka di lambung saya. Tau doong endingnya, maag saya kambuh! Bukan hanya itu, putaran air di laut bebas ketika musim ombak terasa mengguncang dunia manakala vertigo menyapa. Ya, itu semua adalah dampak! Dampak kedunguan saya yang mengikuti sisi hati saya yang seperti malaikat.
Lalu di sebuah jum’at ketika saya melarikan diri dari ketidaksukaan menuju rumah orang tua. Hei, betul apa yang dikatakan orang lain, ketika hatimu kalut, rumah~lah tempat kembali. It’s true, beybeh! Ketika saya sedang terluka oh plis, tepatnya melukai diri sendiri saya menyapa bapak, melihat senyum mama dan bercengkrama dengan keduanya.
How can i imagine? Duka saya menghilang! Iya menghilaaaaang! Rasa ketidaksukaan yang terpendam lama di dalam hati tiba-tiba mekar bersenandung lagu suka cita. Menghentakkan segala beban duka lara yang saya bikin sendiri, hahaha. Oh mommy oh daddy how much i love them so!
Lalu di sebuah siaran tivi nasional, ada Aa Gym memberi siraman rohani yang bunyinya begini :
“Ketika kita mendapatkan sesuatu yang buruk menimpa kita, muhasabah! Mungkin itu adalah balasan dari perbuatan kita di masa silam. Atau balasan dari perbuatan orang tua kita yang pernah menzolimi orang lain misalnya, dampaknya nurun tuh ke anak.
Jangan bersedih. Apalagi bersuudzon kepada Allah. Karena sesuatu yang Dia timpakan ke kita, pasti ada baiknya. Mungkin kita jarang berlama-lama sujud kepadaNya. Atau mungkin Allah sedang rindu dengan hambaNya, Dia ingin melihat hambaNya di sepertiga malam”
Oh well, saya menangis! Betul sekali apa yang beliau ucapkan. Beban berat di dada seolah berubah menjadi partikel terkecil dari butiran debu. Dihempaskan oleh angin lewat siaran dakwah yang dibawakan oleh Aa Gym. Sungguh, ada rasa penyesalan yang mendalam. Sesal seolah saya makhluk tak bertuhan.
“Manusia itu sifat buruknya ada 4 :
- Suudzhon pada Allah
- Tidak ridho terhadap takdir
- Tidak pintar bersyukur
- Kurang sabar
Gimana Allah bisa ridho sama kita, kalau kita tidak ridho sama ketentuanNya?”
Memori saya langsung menuju ke kejadian beberapa minggu sebelumnya, dimana disaat muncul perasaan tidak suka saya terhadap sesuatu dengan mudahnya saya menyalahkan takdir. Dengan mudahnya saya memandang langit, menengadahkan wajah, menyipitkan mata seolah sedang marah pada sang pencipta langit karena tidak sesuai dengan ekspetasi. Ya Allah, sombongnya hambaMu ini!
Rangkaian peristiwa di atas membentuk sebuah pertanyaan “KEMANAKAH TUJUAN AKHIR HIDUP KITA?” Kemanakah tujuan akhir hidup saya? Mau hidup dengan segudang kesalahan yang tanpa akhir? Atau mulai memperbaiki diri dengan menjawab tujuan akhir dari hidup kita yaitu AKHIRAT? Saya rasa jawabannya tepat sekali.
Barangsiapa yang akhirat menjadi orientasinya, maka Allah akan memberikan kepadanya tiga hal. Pertama, Allah akan menjadikan kekayaannya ada di dalam hatinya. Kedua, Allah akan menghimpunkan sesuatu yang terserak untuk dia. Ketiga, Allah akan menjadikan dunia datang kepadanya dengan terpaksa. (hadis muttafaqun alaih).
Sumber : Link
mari berbenah, karena hidup cuma syekalii~
karena sudah oktober lagi hikss
Eik pikir, yeey hendak berdendang ketika berkata “hidup cuma syekalii~ satuuu kaalii, jangan pikirkan lagi, bukaan lalaalaalaala, hahahaha
Sebelum sampai ke tujuan akhir di akhirat, semoga banyak hal baik yang kita lakukan di dunia ini yaa 🙂 .
Betuuuul banget, mak. Karena kita ndak tau, amalan apa yang bakalan keterima olehNya, hehehehe