Tantangan dosen jaman now itu tidaklah semudah menendang pintu kamar mandi di saat marah. Dosen jaman now itu bukan hanya sekedar ceramah di depan kelas, memberi tugas, memberi nilai, terima honor, pergi liburan. Kelar! Bukan begitu gaes.
Tantangan dosen jaman now lebih menekankan kepada “menginspirasi” mahasiswa. Memotivasi mahasiswa dan membentuk citra mahasiswa sebagai insan yang memiliki kesungguhan menjadi manusia berkarakter, intelek dan unggul di bidang ilmu yang menjadi passionnya.
Berhubung sekarang ini zamannya kekinian dengan label “jaman now”, semua hal dalam kehidupan kita pun turut serta dilabeli “jaman now”. Emak-emak jaman now lah, dosen jaman now lah, mahasiswa jaman now lah, blablablabla. Dimana kesemuanya label tersebut merupakan adaptasi dari budaya barat.
Okeh, back to topic hidayat
Jika berbicara mengenai dosen jaman now, apa sih yang terbersit dalam benak teman-teman sekalian akan definisi dari dosen itu sendiri?
Dosen adalah gurunya mahasiswa.
Dosen ruang lingkupnya di perguruan tinggi.
Dosen itu Albert Einstein.
Dosen itu ilmuan.
Semuanya betul. Jadi, saya meramunya dalam sebuah kalimat. Dosen merupakan tenaga pengajar pada perguruan tinggi yang bertanggung jawab memberikan wawasan yang luas dan mendalam kepada mahasiswa sebagai bekal menghadapi tantangan globalisasi yang terbentang luas di depan mata.
Jika berkaca dari definisi dosen menurut aunty Wikipedia, dosen merupakan pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mengembangkan, menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Intinya memberi suplemen wawasan kepada mahasiswa agar menjadi pribadi berkarakter. Memberi vitamin kepada mahasiswa sebagai agent of change a.k.a agen perubahan yang memiliki integritas.
Ngomongin agen, kok pikiran saya terbang ke agen ghost dalam drama korea K2 sih? hahahaha.
Dosen jaman now itu yang mampu melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Sependek pengetahuan saya, sebuah universitas diawali dengan visi misi yang didalamnya memuat tri dharma perguruan tinggi. Tujuannya jelas, agar setiap universitas melahirkan pejuang-pejuang cerdas yang kritis, mandiri, kreatif dan terintegritas.
Tri dharma perguruan tinggi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Pendidikan dan Pengajaran
Pendidikan dan pengajaran merupakan point pertama dalam tri dharma perguruan tinggi sekaligus menjadi tonggak dalam proses pembelajaran. Everybody knows, proses pembelajaran yang ada di universitas tentunya menginginkan outputnya itu bibit unggul yang akan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik lagi.
Dengan cara apa? tentunya berupa kegiatan yang mengutamakan proses ilmu pengetahuan baik bersifat teori maupun praktek di dalam lingkungan perguruan tinggi.
Penelitian dan Pengembangan
Dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa, secara tidak langsung mereka telah mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan selama di bangku perkuliahan.
Kan ceritanya mahasiswa itu agent of change, sehingga mereka mampu mengembangkan ide-ide kreatif yang bermanfaat demi kemajuan bangsa.
Pengabdian Kepada Masyarakat
Sependek pengetahun saya ya, dharma pengabdian kepada masyarakat ini sama seperti KKN gitu kan? Jadi, ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi diterapkan ke dalam pengabdian masyarakat.
*******
Jika melihat pembahasan saya di atas rada-rada berat ya? Tugas sebagai dosen memang berat, shay! Jenis pekerjaan yang kelihatan bergengsi karena menjunjung nilai profesionalisme.
Gak bisa sembarangan menjadi dosen. Kendatipun teman-teman suka membaca buku misalnya, belum tentu mampu menjadi dosen. Atau senang berpetualang dan menemukan hal baru. Belum bisa menjadi tolak ukur sebuah kecocokan menggeluti profesi dosen. Karena dosen itu :
- Memiliki bakat, minat dan panggilan jiwa
- Berkomitmen meningkatkan mutu pendidikan, iman, taqwa dan akhlak mulia
- Memiliki kualifikasi akademik dengan latar belakang pendidikan yang linear
- Penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
- Belajar sepanjang masa.
Namun yang sering membuat saya terheran-heran, kok masih ada ya mahasiswa yang tega menggosipkan alias menggunjingkan dosen-dosennya? Dosennya dikatain bego-lah, tidak pantas menjadi seorang dosen-lah, gagap teknologi, tidak gaul bahkan ada loh yang menyebut dosennya dengan sebutan salah satu nama binatang, astagfirullah…
Karakter Mahasiswa Dulu VS Karakter Mahasiswa Sekarang
dalam Hal Pergosipan
Saya masuk kategori mahasiswa dahulu kala. Tahun 2005. Pada zaman saya sebagai mahasiswa, karakter yang terbentuk adalah patuh dan taat kepada aturan yang berlaku dan bisa dibilang takut sama dosen. Mau dosen yang bertutur kata lembut ataupun dosen dengan stempel “galak”.
Jangankan untuk bicara banyak, menatap mata dosen saja saya tidak berani. Kesimpulan sementara kami sebagai mahasiswa lama disebabkan karena mahasiswa lama karakternya tertempa dengan program ospek yang dilakukan semasa menjadi anak baru di dunia kampus.
Berbeda dengan mahasiswa sekarang dengan program pengenalan kampus bernama pendidikan karakter. Saya tidak bisa berbicara banyak mengenai karakter mahasiswa zaman sekarang, karena porsinya jelas berbeda dan saya pikir kembali ke pribadi masing-masing individu sih ya.
Zaman saya di ospek dulu, benar-benar dituntut -bahkan diPAKSA- tunduk kepada para senior dan dosen. Hasilnya kelihatan, saya tuh susah akrab sama dosen! hahahaha.
Apalagi untuk menggosipkan dosen? Oh my no! Kami tuh membicarakan dosen lewat kertas, cuy! Saling berkirim surat antar tempat duduk. Setelahnya, suratnya di hancurkan hingga jejaknya tak kelihatan.
Sejengkol apapun kami sama dosen, tetap menjaga attitude miss universe. Karena sekejam-kejamnya manusia, pasti ada sisi baiknya. Pun jika kelewat jengkol, kami hanya bisa menangis.
Kesimpulan :
Karakter mahasiswa dulu : malu-malu kucing.
Karakter mahasiswa sekarang : berani dan bebas mengeluarkan aspirasi.
Itu versi saya….
Apa hubungannya karakter mahasiswa dengan tantangan dosen jaman now?
Berhubungan eratlah pastinya. Sebagai ASN yang ditempat tugaskan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, saya menyaksikan langsung bagaimana karakter mahasiswa berhubungan erat dengan tantangan baru yang dihadapi dosen jaman now.
Tantangannya dosen jaman now terbagi dalam 2 aspek :
- Aspek dalam
Meliputi melaksanakan tri dharma perguruan tinggi dengan sebaik-baiknya. Mampu berkomunikasi dengan baik dengan mahasiswa, mengupdate informasi, up to date tentang pergaulan anak remaja, masih banyak lagi.
- Aspek luar
Semacam update penampilan, mengetahui bahasa gaul yang sedang ngetrend dan hal remeh temeh yang justru aspek luar inilah yang kerap di jadikan pergunjingan beberapa mahasiswa.
Namanya juga mahasiswa, remaja yang sedang tumbuh-berkembang dan mencari jati diri yang sesungguhnya. Jika ada istilah mahasiswa “jaman now” artinya “dosennya juga harus jaman now”, xixixixi :D.
Mahasiswa selalu merasa bahwa dosen mereka perfecto! Nyaris tanpa cela! Eleeeuh, padahal dosen kan manusia biasa yang tak luput dari dosa. Sama halnya dengan dua kejadian yang saya temukan dimana mahasiswa dengan lantang menceritakan dosennya.
Jika menceritakan hal yang berhubungan dengan akademik sih ndak masalah, bisa jadi mereka saling sharing sesuai dengan wawasan mereka. Lah ini, hanya masalah pakaian. Salah memadupadankan pakaian mampu membuat anak-anak ini mencercah habis-habisan dosennya? kan tidak beretika itu namanya!
Apalagi sampai menyebut dengan sebutan -maaf- ANJING!
Serius! Duarius! Darius Sinartya malahan, kemarin saat jajan di salah satu rumah makan di Kota Kendari, saya (dan pak suami tentunya) mendengar secara live, kasarnya bahasa anak-anak yang menurut kami mereka fix mahasiswa dari Universitas yang sama dengan tempat kami mencari uang.
Ceritanya dosennya itu membanding-bandingkan mahasiswa yang datang dari kampung dan kota. “itu bapak matanya buta kalik yaa? masa ndak bisa ngebedain mana yang dari kampung mana yang dari kota? anjing betul!”.
Tidak lama suara ketawa teman-temannya mmebahana seisi rumah makan. Lanjutnya lagi “cara berpakaiannya si bapak itu kampungan, kayak anjing! Dosen kok begitu?”.
Besar hati saya ingin totolin cabe ke mulutnya si anak itu. Tidak ada etika sama sekali. itu dosen looh ya yang mereka bicarakan. Bagi saya, dosen sama halnya dengan orang tua.
Bayangkan saja, bagaimana perjuangan seorang dosen untuk mencerdaskan mahasiswa. Mengorbankan waktu pastinya. Mengorbankan keluarga juga. Saya sangat memahami bagaimana profesi dosen di balik judgemen anak-anak ingusan yang saya ceritakan di atas.
Kalau dosen saja mereka caci dengan kata anjing, mau jadi apa mereka itu? Dimana masa depan mereka?
Gataaaaaal rasanya tangan ini menvideokan percakapan mereka, sayangnya henpon saya mati! Aaaaah sialan! Sepertinya malaikat sedang berpihak kepada mereka. Jika saat itu saya memiliki bukti yang kuat, bisa masuk penjara anak-anak itu. Karena profesi dosen mempunyai perlindungan hukum yang kuat.
Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhdap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua perserta didik, masyarakat, birorakrasi atau pihak lainnya.
***
Dosen jaman now tidak seperti dosen jaman old. Kalau dosen jaman dulu itu yang saya perhatikan cukup mudah. Berbeda dengan sekarang, apalagi MENRISTEKDIKTI jelas-jelas memberi isyarat untuk menjadi dosen jaman now adalah yang mampu menginspirasi.
Yang saya amati mahasiswa -walaupun tidak semua mahasiswa looooh- sekarang ini, perilakunya lancang kebangetan. Sama sekali tidak mengamalkan pelajaran PPKN, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang muda. Atau kurikulum mata pelajaran PPKN sudah di hapus ya?
Tantangan Dosen Jaman Now
- Dosen dilarang gaptek
- Dosen harus multitasking
- Dosen mampu berkomunikasi dengan baik
- Selalu mengupdate pengetahuan
- Wajib upgrade penampilan
- Harus gehwol
Dosen jaman now tuntutannya buanyaaaaaaaak. Dibalik semua kecerdasan akademisi yang dimiliki juga wajib memenuhi tantangan di luar dari bidang akademisi.
***
Wahai para profesi dosen, masa depan generasi bangsa ada di tangan kalian. Lakukan yang terbaik untuk kecerdasan anak bangsa.
Dari mamaknya Ucupyo yang ngomongnya mulai ngelantur karena mengantuk campur kezeeeeel. Ditulis pada pukul 01.00 pm!
Menurutku nih ya, mbak … Wikipedia itu om-om berkacamata dengan rambut putih gitchu deh,, bukannya tante-tante.. eh, Ini Mah Hanya Opini (IMHO) saya, yah … hahaha
Oh my god! Akuuuu salah gendeeer..